;

Tuesday, February 26, 2013

Cerita Dewasa gara-gara mandi bareng

Tuesday, February 26, 2013


Entah kenapa sabtu sore itu,aku males sekali jalan sama pacarku. Niatan sih dirumah aja tapi baru jam 5 sore aku sudah bosan di rumah.
“Sial! Enaknya ngapain ya?” gerutuku dalam hati. “Sms Rini ah..” kemudian kuambil Hp ku; ‘hai,rin lagi diapain lo?’canda ku.
Rini teman kantor ku, kami sangat akrab. Kebetulan kami senang travelling, pernah kami jalan ke bali beberapa hari tentu saja tanpa sepengetahuan pacarku. Enaknya jika jalan sama Rini, dia cewe yang independent, tidak mau bergantung pada orang lain. Mungkin karena menyadari bahwa kami tidak ada komitment. Aku pun sangat menghormatinya. Tidak jarang saat travelling, untuk menghemat biaya kami CI bareng, tidur bareng satu ranjang tapi belum pernah kejadian macam2. Memang aku akui kalo wajah dia bukan typeku tapi yang lain, bodynya cewe banget! Apalagi buah dadanya itu lo, lumayan besar.
‘Teet teet..teet teet’ sms masuk ‘lagi di rumah, napa emang?gak ngapel lo?’.
kubalas ‘lagi cuti :-) nonton yuk di Metropole bete nih’
kemudian ‘Ayo, jemput gw ya di UKI setengah jam lagi’
‘oke’, jawabku.
Rini tinggal di daerah Cibinong, aku sendiri belum pernah main ke rumahnya. Kami selalu janjian di UKI jika ingin jalan bareng.
Sesampainya di Metropole film akan segera diputar. Saat itu, kami nonton film X-men. Aku yang pilih, rini nurut aja.
Seperti biasa nonton ya nonton namanya sama teman. Film selesai jam 21.30.
“Laper nih makan yuk” ajak ku. Kemudian kami melangkah ke samping bioskop karena ada yang jual ayam bakar, lumayan enak.
Selesai makan, “Kemana lagi nih rin, mau balik lo?”
“Abis mau kemana lagi? tapi gw mau nginep di tante gw di rawasari” jawabnya.
“Emang lo mau kemana?”
“Lagi males balik nih, CI yuk?” jawabku asal.
“Orang gila! Kayak rumah lo jauh aja. Emang gak dicariin orang rumah?” seru nya.
“Yee..dibilangin lagi males balik, kalo orang rumah gampang deh. Mau kan?” aku sedikit memelas.
“Ya udah deh, kebetulah gw juga belum telpon tante gw kalo mo nginep. Mau CI dimana emang?” tanyanya kemudian.
“Deket sini aja, gw ambil motor gw dulu ya…”
Lima menit kemudian kami tiba di sebuah hotel di bilangan Cikini. Sebenarnya aku sudah beberapa kali CI di hotel tersebut dengan pacarku dan sepertinya rini faham akan hal itu. Karena saat petugas loby menawarkan antar. Aku bilang,’gak perlu mas, terima kasih’.
Aku gandeng rini menuju lift untuk naik ke lantai tiga.
“Udah sering CI disini ya?” tanyanya ketika berada di lift.
“Mau tauu..aja!” godaku.
Sesampainya di kamar, aku menyalakan AC, TV dan mencari channel yang menarik. Rini terlihat beradaptasi dengan ruangan kamar. Dia buka hordeng, melihat-lihat keluar sebentar dan menutupnya lagi. Kubuka soft drink yang sempat kubeli ketika di lobby.
“Mau?” kutawarkan ke Rini. Diambilnya sekaleng soft drink dari tanganku, diminumnya seteguk.
“Gw mandi dulu ya, badan kayaknya lengket nih” ucapnya kemudian.
“Gw juga, mandi bareng yuk” ujarku.
Dia mencibir, ” Dasar! emang berani?” tanpa melihatku dia berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu.
Aku meneruskan liat tv sambil duduk diatas kasur. Mataku kearah tv tapi tidak dengan otakku. Tiga menit perang batin, akhirnya aku melangkah ke kamar mandi, ku ketuk pintu kamar mandi.
“Rin gw masuk ya..” ujarku.
“Mau ngapain?Gw udah telanjang nih” jawabnya dengan suara sedikit bergetar.
“Ya mau mandi lah” jawabku sambil memutar anak pintu. Ternyata tidak dikunci.
Kulihat rini berada dibawah shower siap untuk mandi tapi tubuhnya ditutup handuk, matanya melotot kearahku. Kuhampiri dia. Kami bertatapan. Saat bertatapan, aku buka pakaian dan celana jinsku, begitu pun underware. Kutarik perlahan handuk dari tubuh rini. Rini tidak melawan, keliahatannya sudah pasrah dengan kehendakku.
Kami sama sekali tidak berbicara hanya bertatapan tanpa berani melihat kearah lain. Kami sudah telanjang bulat. Kuraih kran shower, kuputar sedikit. Air memancar pelan, rini tercekat. Dibasuh rambut sebahunya dengan tangannya.
Aku ambil sabun, kutarik tubuhnya ke depan menjauhi shower dan mulai menyabuni tubuhnya bagian belakang. Rini diam aja tapi kurasakan tubuhnya bergetar. Perlahan kusapukan sabun ke bagian depan tubuhnya.
Buah dadanya.. seperti dugaanku besar hingga bergelayut indah. Pelan sekali kusapukan buah dadanya dengan kedua tanganku. Tiba2 kedua tangannya mendekap kedua tanganku, bukan untuk mencegah tetapi ikut mengusap perlahan kedua buah dadanya. Matanya terpejam menikmati usapan yang kami lakukan. Pentilnya mulai mengeras berbarengan dengan mengerasnya penisku. Setelah kurasa cukup menyabuni buah dadanya, tanganku mulai bergeser kebawah. Tangannya pun dilepas membiarkan aku menyabuni daerah perut. Dari perut aku pindah kebalakang mengusap pantatnya. Kutarik pantatnya, akhirnya kamipun berpelukan sambil aku mengusap dan menyabuni pantatnya. Tangannya mulai aktif ikut menyabuni tubuhku bagian belakang. Akhirnya kami saling mengusap, meremas tubuh kami.
Nafas kami mulai memburu, ingin rasanya kusudahi permainan ini dan segera menyetubuhinya. Tapi akal sehatku tak tega karena menyadari kami tidak ada komitmen.
“Ah, gimana entar aja!” pikirku. Kuputar tubuhnya membelakangiku, kusabuni vaginanya. Bulunya sangat lebat, kuusap-usap bibir vaginanya. Dia mulai mendesah.
“Akh…Anton….” kata pertama terucap setelah beberapa waktu kami menikmati mandi bareng tanpa berkata-kata.
“Kenapa Rin?” bisikku.
“Achh…enack..terus..” desahnya.
Vaginanya semakin becek dan akupun mulai terangsang hebat. Kudorong dia ke shower untuk membilas tubuh kami.
Setelah tubuh kami bersih dari sabun, aku mulai menciumi pipinya ingin aku mencium bibir tapi aku masih merasa risih pada status kami saat itu. Dari bibir aku turun menciumi lehernya, tubuhnya menggelinjang. Dari leher aku terus turun kebuah dadanya. Kuciumi, kugigit bergantian. Sementara tangan kanan ku merambah vaginanya kembali, masih becek dan hangat. Kuusap Clitnya dengan jari tengahku, tubuhnya bergetar.
“Akh…Ton…” hanya itu yang terucap. Tubuhnya mulai bergerak mengimbangi gerakan jariku di clit-nya. Matanya sayu.Tangan kiriku memilin puting kirinya, sementara mulutku mengisap puting kanan.
“Shit! Ton..lo apaan gw??” desahnya. Aku makin bersemangat dan mulai mencolok vaginanya. Awalnya Rini menikmati, tapi saat ruas kedua jari tengahku mulai masuk tiba2 tangan kirinya menggemgam tanganku dan menahan laju masuk jariku.
“Jangan Ton, sakit.Gw belum pernah kayak gini” ujarnya tegas sambil menatapku tajam.
“Sory Rin, kita pindah ke kasur ya” ujarku sambil menggandeng tangannya.
“Tapi janji jangan di masukkin ya” jawabnya.
Aku diam, kurebahkan dia dikasur. Sebenarnya tadi dia hampir klimaks kalo saja dia tidak merasa sakit.
Aku jongkok di pinggir kasur, ku kangkang kedua kakinya. Kini vagina dengan bulu lebatnya berada tepat didepan mukaku.Dia berusaha bangkit.
“Rileks aja Rin, gw janji gak akan sakit lagi” dia menurut dan rebahan lagi.
Aku mulai dengan meniup niup vaginanya, dia mulai gelisah kembali. Kepalanya terangkat melihat kearahku. Untuk menenangkannya kupegang kedua tangannya dengan tanganku. Perlahan kusapukan lidahku ke vagina dari bawah terus keatas perlahan. Kepalanya bangkit lagi.
“Ougghh My God!” desisnya. “Hmm cewe yang religius ternyata” pikirku.
Aku mulai intens menyapu vaginanya, kusibakkan rambut lebatnya. Tangannya meremas sprei. Kepalanya bergerak kekiri kekanan.
“Akh…Enak banget sich Ton…Auuuuugghh” tubuhnya bergetar hebat.
Aku makin bersemangat, kucucuk-cucuk clitnya dengan mulutku. Benar saja saat aku mulai mengulum clitnya tiba2 tangan kanannya menjambak rambutku membenam kepalaku ke vaginanya.
Tubuhnya bangkit dan menegang. Matanya terpejam rapat.
“Akh…Aduchh…Aduch…” jeritnya lirih. Sesaat kemudian di lepas jambakannya dan rebahan kembali. Dadanya naik turun, nafasnya memburu.
Aku naik keatas, dia menutup mukanya dengan kedua tangannya. Kuusap rambutnya, perlahan kubuka tangannya.
“Kenapa Rin? Enak gak” tanyaku.
“Enack Gila!”jawabnya sambil tertawa.
“Rin, gw terusin ya…”ujarku.
“Gimana? lo belum ya?” tanyanya.
“Gw tempelin penis gw ya di vagina lo, gak sakit kok” jawabku.
“Ya udah deh”..
Aku mulai mengambil posisi seperti orang mau senggama. Kuletakkan penisku di celah vaginanya. Rini pasrah aja. Aku mulai menggerakkan pelan2. Vaginanya mulai becek lagi walaupun sebelumnya udah basah. Perlahan tapi pasti tubuhnya ikut bereaksi bahkan Rini mulai mendesah kembali. Aku mulai mendayung, gerakan Rini pun makin instens. Tangannya mulai mengarah kan pantatku untuk bergerak seirama dengannya. Birahikupun makin mendekati puncak. Dan…
Rini akan orgasme lagi. Tangannya makin keras menggerakkan pantatku. Rini diambang orgasmenya, gerakannya tidak beraturan. Tidak selaras lagi dengan gerakanku. Saat aku mendayung ke belakang, Rini meraih pantatku dan menariknya kedepan berbarengan dengan orgasmenya. Celakanya penisku malah melesak masuk ke vaginanya…dalam…masuk seluruhnya!
Kepala Rini mendongak ke belakang. “ochhhhh…..” desisnya. Aku sekuat tenaga menahan untuk tidak keluar saat itu.
Penisku semakin berdenyut dan Rini mulai merasakan kalo penisku ada di dalam vaginanya. Anehnya dia tidak merasakan sakit, mungkin karena sudah terlalu becek vaginanya.
“Masuk ya Ton…?” bisiknya.
“Iya..lo sih terlalu bersemangat…” jawabku dengan suara bergetar sambil menahan orgasme.
Kucabut perlahan, peret dan berdenyut menimbulkan sensasi luar biasa. Rini menahan nafas dan mendesah. Saat ujung penisku keluar, kuraih penisku dan muntahlah semua spermaku di perut rini.
“Akhhh..” desisku.
Kurebahkan tubuhku disampingnya dan kamipun tertidur.
Keesokan paginya saat aku terbangun kudapati Rini sudah bangun dan baru selesai mandi.
“Kok gak bangunin gw? Kan kita bisa mandi bareng lagi” ujarku.
“Justru itu yang gw hindari, ntar kalo gw ketagihan gmana?” cibirnya.
“Ga apa2 lagi gw rela kok melayani, he 3x” jawabku.
“Iya enak di lo, trus gw gimana? udah ah jangan dibahas.”
“Cepet mandi trus kita sarapan dan anter gw ke tante gw ya.” jawabnya serius.
“oke, deh boss” gurauku.
Akupun mandi kemudian sarapan di kantin hotel. Saat sarapan kami lebih banyak diam. Sebenarnya banyak yang akan aku utarakan, setidaknya kata maaf tapi aku tahu saat itu dia sendiripun mungkin sedang bingung dengan kejadian semalam.
Selesai sarapan kami CO dan antar Rini sampai depan komplek rumah tantenya, itupun permintaan dia.
Sejak itu kami tidak jalan bareng lagi paling sms an aja. Sampai akhir aku menikah dengan pacarku.


TULISAN BERJALAN INI SILAHKAN DIISI DENGAN PESAN ANDA

NAMA ANDA - 8:36 AM
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 comments:

Post a Comment